Sang Perindu

aku adalah seorang musafir yang senantiasa berharap untuk segera berjumpa denganNya dan mereguk kasihNya

ibda' binafsik


“Siapa yang ingin merubah dunia, rubahlah dirinya sendiri terlebih dahulu"
(Socrates)

Setiap orang yang memiliki pemahaman yang jernih tidak akan menyangkal ada makna yang begitu besar dari ungkapan yang dikatakan oleh Socrates di atas. Berbeda jika yang membacanya adalah orang yang berjiwa acuh apalagi pesimistis, kata-kata diatas hanya akan dilihat sepintas lalu dan tidak akan berarti apa-apa. Bahkan tidak jarang yang muncul hanya kata-kata “ah, cuma teori ...”. Mudah-mudahan kita tidak termasuk kelompok yang terakhir ini. Artinya bahwa kita bukan termasuk mereka yang bersikap masa bodoh dan sama sekali tidak peduli dengan ungkapan yang sesungguhnya memiliki pengaruh yang begitu besar. Banyak hal luar biasa dalam sejarah kehidupan manusia yang muncul sebagai pengaruh dari sebuah ungkapan karena ia benar-benar diyakini dan menjadi ideologi yang mengakar kuat dalam suatu masyarakat. Setiap kata dalam sebuah ungkapan dapat menjadi mesin penggerak yang sangat kuat atau sebaliknya tidak berarti apa-apa tergantung subyek yang menerimanya.
Siapa yang ingin merubah dunia, rubahlah dirinya sendiri dulu. Dari kata-kata ini kita dapat mengambil pemahaman tentang sebuah anjuran bahkan bisa dikatakan sebuah keharusan adanya suatu usaha yang radikal, yakni untuk melakukan segala sesuatu dimulai dari unsur yang terkecil dan paling mendasar, yakni diri sendiri. Utnuk merubah sesuatu yang besar dengan berbagai sisi dan unsur-unsur yang kompleks, tentu tidak akan semudah kita membalikkan telapak tangan. Bahkan untuk menyusun teori dan metodenya saja kita mungkin harus bekeja keras. Dan semua itu mengharuskan kita untuk memulainya dari diri kita sendiri, karena kitalah yang akan melakukan usaha tersebut. Bagaimana mungkin kita menghendaki suatu perubahan yang berhasil tanpa diri kita sendiri siap dan benar-benar matang dari segi kesiapan dan potensi kita. Saya rasa ungkapan Nabi yang selanjutnya dibakukan sebagai salah satu formulasi kaidah fikih “innamal a’malu binniyat” sangat relevan dengan topik yang sedang kita bahas ini. Kemantapan niat menjadi penentu setiap usaha-usaha selanjutnya karena dari sanalah tujuan dan langkah diarahkan. Bahkan secara ajaib berbagai halangan yang mungkin menghadang tidak jarang dapat disingkirkan dengan kekuatan tekad dan semangat yang kokoh.
Dari segi moral ungkapan diatas bisa kita maknai bahwa seyogyanya ketika kita menginginkan suatu perubahan yang baik pada suatu keadaan, maka terlebih dahulu diri kita sendiri yang harus dirubah untuk menjadi lebih baik. Sanat ironis ketika kita mendambakan suatu kondisi yang ideal dan dengan menggebu-gebu kita perjuangkan bahkan tidak ketinggalan kita lengkapi dengan serangan kritik dan hujatan, justru diri kita sendiri bertolak belakan dan sangat jauh dari nilai-nilai yang kita gembor-gemborkan. Secara sederhana dapat kita ibaratkan, bagaimana seseorang ingin semua orang menjaga kebersihan agar lingkungannya sehat sementara dirinya sendiri senang membuang sampah sembarangan, bagaimana seseorang menginginkan masyarakatnya hidup rukun dan damai sementara dirinya sendiri tidak mau menghargai orang lain, dan lain-lainnya. Allah dengan jelas telah memperingatkan bahkan mengancam orang-orang yang berperilaku seperti ini.
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Dari sini tentunya pikiran kita sedikit terbuka untuk benar-benar memperhatikan diri kita sendiri sebelum kita melangkah dengan setiap usaha kita, sebaik apapun usaha kita jika tidak kita awali dengan memperbaiki diri kita terlebih dahulu, maka usaha kita akan sia-sia dan jangan mengharapkan keberhasilan. Andaikata berhasilpun hasil yang kita peroleh akan sangat kering dari nilai dan jauh dari ridho dari sang pencipta.###

0 komentar:

Posting Komentar

what do u think about my blog?