Sang Perindu

aku adalah seorang musafir yang senantiasa berharap untuk segera berjumpa denganNya dan mereguk kasihNya

ungkapan jiwa


Aku tahu aku tidak tahu

Aku adalah manusia
Dari tanah dan ke tanah
Tuhan berbisik padaku lewat huruf
“maukah kau Aku tunjukkan, pada
apa dibalik siapa, apa dibalik mengapa, dan apa dibalik apa?”
aku menjawab
“mungkin pada diriku, atau pada dunia, aku tahu.
Bukankah aku bisa berpikir, dan aku tahu”
“tapi kamu tidak tahu
siapa yang lebih tahu.
singkirkan tanah itu, dan
lihatlah Aku
sesuatu dibalik tanah itu
mengenaliKu, dan tahu Aku”









pasrah
ketika aku harus memilih, maka aku memilih untuk tidak memilih, kuserahkan semua hanya padaMu diriku hanya ketiadaan yang lemah yang terbungkus dalam keterbatasan. aku hanya ingin menuju padaMu. ketakutanku ada pada saat Kau berpaling dariku, pada detik ketika namaMu menghilang dari catatan kalbuku. dengan segala harap, aku pertaruhkan ladang yang rusak ini, dengan segenggam cintaMu. mata rabun ini berkhayal mampu menangkap silaunya cahayaMu. tubuh ini merindukan keteduhan bayang-bayang cintaMu. kurebahkan tubuhku dihadapanMu, kupejamkan mataku, dan aku bersaksi, Kaulah pemilikku

maqom cinta

terengah aku
penuh sesak dalam lautan makna
merangkai bait-bait cinta

dalam setiap hela nafas yang munfashil dari tubuh
kusisipkan athat-athaf harap

aku fana
pada titik intiha
shighot muntahal hubb


.


Menjemput kekasih

Dia begitu dekat
di belakang sekat-sekat aku mencoba melihat
Jangan katakan aku tak bisa melihatNya
hanya karena aku buta.
Siapakah yang lebih berhak untuk dilihat, tentu diriNya.
Tidak ada yang bisa meghentikan
hasrat seseorang untuk melihat kekasihnya.
Jangan halangi aku menemuiNya
hanya karena aku gila.
Bagaimana kalau Dia yang ingin menemuiku
karena aku hanya menginginkannya.
Sungguh, Dia berkali-kali memanggilku
dan mengajakku mendekatiNya
dan Dia menjadi begitu dekat, dan semakin dekat
mungkin aku hanya bisa menemuiMu
            jika Kau menjemputku

I’rab cinta

Pelan-pelan aku mencoba mentarkib
rasa yang kurasa, yang sungguh
tak  pernah mampu kulafadzkan.
Lewat huruf-huruf yang kemudian
kurangkai dalam sebaris
kalimah

Kunamai rasa ini dengan cinta
Sebuah isim yang mubham dan terasa begitu musykil
ketika ia harus ditafsiri oleh mereka yang tidak memahami
Sebuah rasa yang tidak akan dapat sepenuhnya terwakili
oleh fiil-fiil manapun
Maknanya tidaklah majhul
melainkan muqoddar pada setiap lisan yang menyebutnya

Bagiku, cinta adalah suci
Secuil bagian dari seperseratus rahmatNya yang Dia turunkan ke bumi
Atau bahkan keseluruhan dari sembilan puluh sembilan bagian yang lain.
Kehadirannya begitu lembut dan menguasaiku
ia telah menjadi amil yang merubah harakat
jiwa dan ragaku
dalam sejenak

I’rob cinta ...
Sebuah irama penuh makna
ia ada karena kemabnian cinta hanya pada hakekatnya yang senantiasa fitri
sedang wujudnya senantiasa di hiasi dengan
ke-rafa’-an gelora,
ke-nashab-an sederhananya dan
ketabahan dalam khafdnya.

Keindahan dalam kaanna
Kekecewaan lakinna
Mengiringi pengharapan antara laita ataukah la’all
Kerinduanku melebihi kerinduan mubtada pada khabarnya
Kerinduan pada idhofah dengan kekasih
                                                
Hatiku perlahan berubah dari kejumudannya
Sebuah kelangkaan dalam
rangkaian kaidah nalar
Melebihi kemuhalan ahmad menerima tanwin

Semakin lama ...
kalimahku mulai menemukan kemufidannya
Kujumpai kesharihan lewat
dzauqnya yang agung.

what do u think about my blog?