Sang Perindu

aku adalah seorang musafir yang senantiasa berharap untuk segera berjumpa denganNya dan mereguk kasihNya

DIMANA PENJARA SUCI ITU?



Pondok pesantren sering dijuluki sebagai penjara suci. Dikatakan penjara karena pada umumnya dalam sebuah pesantren berlaku seperangkat aturan yang sangat ketat lengkap dengan sanksinya yang dikenal dengan istilah ta’zir. Kepatuhan santri kepada aturan mendapat prioritas yang sangat besar karena hal itu mencerminkan kepatuhannya pada sang kyai, dan patuh pada kyai berarti patuh pada aturan agama yang akhirnya berarti patuh pada Allah. Seorang santri dididik dan digembleng untuk selalu menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan aturan syariat Islam. Keyakinan akan adanya laknat dan dosa bagi pelaku maksiyat selalu ditanamkan kuat dalam hati mereka. Sehingga dengan demikian dapat menjalani kehidupan dengaan benar, meskipun kadang menjadi terasa kaku dan harus rela dicap kolot oleh sebagian orang yang menganggap dirinya modern. Kekolotan semacam ini sesungguhnya dilandasi motifasi keikhasan yang luar biasa untuk menjalani hidup semata-mata untuk beribadah kepada sang Khaliq. Prinsip nrimo sebagai penafsiran dari ajaran qona’ah, menjadi salah satu pegangan yang sebisa mungkin diamalkan dalam kehidupan.
Ketatnya peraturan yang ada dalam pesantren bagi kebanyakan orang dipandang sebagi siksaan berat. Namun bagi sebagian lain, hal itu menjadi keuntungan tersendiri. Dengan adanya peraturan yang ketat, mau tidak mau dirinya harus selalu berusaha menyesuaikan diri dan berusaha untuk tidak melanggarnya. Aturan-aturan itu juga tidak dirasa sebagai beban karena pada dasarnya semua aturan adalah untuk hal yang benar. Dan ketika suatu saat terpaksa melanggar dan harus menerima sanksi, maka hal itu diterimanya dengan ikhlas, karena dirinya percaya, dengan hukuman yang diterimanya, kesalahan dan dosanya diampuni. Tidak aneh jika banyak santri yang bahkan dengan suka rela menyerahkan diri untuk dihukum meskipun tidak melakukan pelanggaran.
Keadaan pesantren yang secara sepintas memberatkan namun pada kenyataannya penuh dengan nilai-nilai kebaikan inilah yang membuat pesantren mendapat label penjara suci. Dan sudah seharusnya setiap orang yang keluar darinya menjadi orang suci pula.
Namun citra pesantren yang sangat baik tadi saat ini mulai terkikis. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata membawa efek-efek negatif yang sedikit banyak ikut mempengaruhi kesucian pesantren. Nilai-nilai luar yang tidak islami berusaha menyusup kedalam dan sedikit demi sedikit menggerogoti kuatnya pondasi nilai-nilai pesantren. Berbeda dengan budaya baru yang positif -seperti misalnya budaya berpikir kritis sehingga tidak taqlid buta pada kyai atau saklek pada kitab tertentu– nilai-nilai yang negatif semakin lama akan menurunkan image pesantren di mata masyarakat. Dan semakin lama pesantren akan dicap negatif dan tidak lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat. Ketledoran-ketledoran dari perilaku dan budaya para santri akibat terlena dengan jargon kebebasan dan hak asasi manusia sering menjadi penyebab miringnya nama pesantren. Selain itu fanatisme yang berlebihan seperti dipraktekkan para kaum fundamentalis yang mengaku sebagai warga pesantren ikut memperburuk nama pesantren di masyarakat. Penanaman kembali pemahaman ajaran agama yang benar menjadi sangat penting dilakukan terutama sekali oleh pengasuh, para ustadz, dan pengurus yang antara lain melalui sistem peraturan yang dijalankan. Sehingga munculnya pemahaman dan praktek yang terlalu ekstrem kanan dengan fundamentalisme yang dibawanya dan yang terlalu ekstrem kiri dengan semangat kebebasannya dapat diminimalisir. Tugas kita semua sebagai yang mengaku muslim untuk berusaha menciptakan yang terbaik, bagi diri kita dan dunia jika memang mampu, dengan dimulai dari melahirkan kesadaran untuk menjadi muslim yang kaffah. Saat ini, di sini, dan esok dimanapun kita berada.
Tidak berlebihan jika kita disini sebagai bagian warga pesantren mendambakan pesantren kita menjadi salah satu dari penjara-penjara suci yang mampu menyalakan kembali cahaya Islam di tengah-tengah kondisi dunia yang semakin gelap akibat perilaku manusia yang mulai melupakan Penciptanya. Sehingga ketika ditanyakan, dimana penjara suci itu kini, yang dulu mampu melahirkan manusia-manusia pilihan? Maka jawabannya di sini, di “Darussalam”. Hayya nata ammal.
Wallohu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

what do u think about my blog?